Jumat, 14 Agustus 2009

SEPEDA ANTIK


SEPEDA ANTIK: Beberapa penggemar sepeda kumbang saat berkumpul di alun-alun Jember, kemarin

Pit Onthel Jember; Komunitas Pecinta Sepeda Kumbang di Jember

Satu Orang Bisa Punya 15 unit, yang Kuno Bisa Rp 25 Juta

Berangkat dari kecintaan dan keprihatinan bakal punahnya sepeda kumbang, beberapa pemilik dan penggila sepeda berkumpul dan membentuk Pit Onthel Jember (POJ). Setiap Ahad pagi mereka rutin berkumpul di Alun-alun untuk saling tukar informasi.

Dilihat dari jumlahnya tak banyak penggemar sepeda kumbang yang aktif dalam perkumpulan komunitas penggemar sepeda tersebut. Saat nongkrong di Alun-alun Jember Ahad kemarin, hanya sekitar delapan orang saja yang terlihat memarkir sepedanya.
Setelah matahari meninggi dan di saat Alun-Alun mulai sepi, mereka biasanya beranjak menyusuri jalanan di Jember.
Karena jumlahnya sedikit, keberadaan mereka tak tampak mencolok. Sepeda-sepeda kumbang antik dan kuno itu tenggelam oleh ratusan motor yang diparkir menghampar di sekitar alun-Alun. “Setelah kumpul semua, kami biasanya bersepeda keliling kota. Kadang-kadang keluar kota,” ujar Saidi, ketua POJ.
POJ terbentuk atas dasar hobi. Sekitar pertengahan 2007, para pecinta sepeda kumbang tanpa sengaja sering bertemu di jalanan. Komunikasi di antara sesama pecinta sepeda kumbang berlangsung dari mulut ke mulut hingga mereka biasa kumpul di Alun-Alun Jember tiap Ahad pagi.
Dari kesamaan hobi dan rutin bertemu setiap pekan, lahirlah POJ. Ketuanya bersifat koordinator. “Tak ada arisan atau iuran di POJ. Pokoknya ketemu, sepedaan bareng,” ujar Kukuh Prijo Tjahjono, anggota POJ.
Jika yang berkumpul sedikit, menurut Saidi, mereka hanya bersepeda di sekitar kota, seperti menyusuri kawasan kampus, Antirogo, Patrang, dan sebagainya. Tapi, jika yang berkumpul banyak, tak jarang mereka bersepeda hingga keluar kota.
Saidi berkisah, suatu kali POJ bersepeda dari Alun-Alun Jember ke Rowocangak di sekitar perkebunan Kotta Blater, Tempurejo. Di tengah kebun, garpu sepeda salah seorang anggota patah. Untuk menolong rekan, sepeda tersebut di-pretheli menjadi beberapa bagian. “Ada yang bawa roda, stang, dan membonceng teman yang sepedanya patah. Sampai di Jember pukul 17.00,” ujarnya mengenang peristiwa yang cukup berkesan itu.
Diakui Saidi, POJ hanya sebagai ajang komunikasi para pecinta sepeda kumbang. Saat kumpul itulah mereka bisa saling tukar informasi tentang sepeda kumbang, saling tukar info onderdil antik, dan sebagainya. Bahkan, perburuan sepeda kumbang antik biasa terjadi antar penggemar.
Menurut dia, tak sedikit pecinta sepeda kumbang antik berburu barang hingga ke desa-desa di Jember. Banyak pula pecinta sepeda kumbang luar kota yang memboyong sepedanya ke luar Jember. “Kalau kami tidak berkumpul seperti ini, sepeda di Jember bisa punah karena kebanyakan dibawa kolektor ke luar Jember. Itung-itung ikut melestarikan sepeda kuno,” paparnya.
Anggota POJ pun bisa dibilang orang-orang “gila” sepeda. Bayangkan, satu orang anggota, bisa memiliki sepeda hingga 15 buah. Salah seorang diantaranya adalah Kukuh, yang tinggal di Jl Sultan Agung Gang Dahlok, ini. “Saya menyukai sepeda karena orang tua dulu punya beberapa sepeda,” katanya.
Sebelum cinta mati dengan sepeda, Kukuh lebih dulu mempelajari seluk beluk sepeda melalui buku. Setelah itu, dia berburu sepeda antik beserta aksesorisnya, baik kepada sesama kolektor maupun ke desa-desa
Yang paling enak, menurut dia, adalah berburu ke desa-desa. Sebab, banyak orang desa yang tak mengetahui bahwa sepeda antik miliknya cukup mahal. Termasuk ketika berburu aksesoris. Untuk aksesoris, biasanya dia blusukan ke Pasar Mayang, Pasar Balung, atau Pasar Kasiyan, Puger. “Kalau beruntung, dapat onderdil seharga Rp 3 ribu, yang mestinya dijual Rp 25 ribu pun masih laku,” akunya.
Di kalangan pecinta sepeda kumbang, merek yang paling banyak dikoleksi adalah Simplex, Juncker, Fongers, dan Gazeler. Saat ini, yang masih berproduksi hanya Gazeler dan Raleigh. “Kalau Gazeler disebut rajanya sepeda kumbang, sedangkan Fongers disebut sebagai ratunya,” ungkap pria yang sehari-hari berwiraswasta ini.
Berapa harga pasaran sepeda-sepeda antik itu? Bervariasi. Gazeler rata-rata lebih dari Rp 3 juta, sedangkan Fongers antara Rp 2 – 3 juta. Simplex lebih murah lagi, hanya Rp 1 – 2 juta. “Tapi, yang paling mahal Gazeler limited edition keluaran sekitar 1902. Harganya bisa Rp 25 juta. Padahal, Gazeler yang baru hanya Rp 12 – 13 juta,” ungkap Kukuh.
Yang terang, menaiki sepeda kumbang dan mountain bike jauh lebih nyaman sepeda kumbang. Mereka meyakini, naik sepeda kumbang jarak jauh tak terasa melelahkan. Ginjal pun menjadi sehat karena saat menaiki sepeda posisi tubuh sempurna dengan punggung tegak lurus. “Kalau jauh paling-paling yang panas bokong (pantat, Red). Kaki tak terasa pegal,” ungkap Saidi.

1 komentar:

  1. Wynn casinos accepting US players - DrMCD
    Wynn's two properties -- Wynn Las 경산 출장샵 Vegas and Encore Las Vegas -- are 안동 출장샵 now open 천안 출장마사지 for business in the US with Caesars Palace, 보령 출장마사지 Wynn Las Vegas and 용인 출장안마 Wynn Palace

    BalasHapus